Masjid Agung Jawa Tengah
Masjid Agung Jawa Tengah adalah masjid yang terletak di
Semarang, provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001 hingga selesai
secara keseluruhan pada tahun 2006. Masjid ini berdiri di atas lahan 10
hektare. Masjid Agung diresmikan oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 14 November 2006. Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)
merupakan masjid provinsi bagi provinsi Jawa Tengah.
Sejak Juni 2017, masjid ini telah memiliki sebuah stasiun
televisi yakni MAJT-TV yang siarannya bekerjasama dengan TVKU Semarang.
Keberadaan bangunan masjid ini tak lepas dari Masjid Besar
Kauman Semarang. Pembangunan MAJT berawal dari kembalinya tanah banda (harta)
wakaf milik Masjid Besar Kauman Semarang yang telah sekian lama tak tentu
rimbanya. Raibnya banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang berawal dari proses
tukar guling tanah wakaf Masjid Kauman seluas 119.127 ha yang dikelola oleh BKM
(Badan Kesejahteraan Masjid) bentukan Bidang Urusan Agama Depag Jawa Tengah.
Dengan alasan tanah itu tidak produktif, oleh BKM tanah itu di tukar guling
dengan tanah seluas 250 ha di Demak lewat PT. Sambirejo. Kemudian berpindah
tangan ke PT. Tensindo milik Tjipto Siswoyo.
Hasil perjuangan banyak pihak untuk mengembalikan banda wakaf
Masjid Besar Kauman Semarang itu ahirnya berbuah manis setelah melalui
perjuangan panjang. MAJT sendiri dibangun di atas salah satu petak tanah banda
wakaf Masjid Besar Kauman Semarang yang telah kembali tersebut.
Pada tanggal 6 Juni 2001, Gubernur Jawa Tengah membentuk Tim
Koordinasi Pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah untuk menangani masalah-masalah
baik yang mendasar maupun teknis. Berkat niat yang luhur dan silaturahmi yang
erat, dalam waktu kerja yang amat singkat keputusan-keputusan pokok sudah dapat
ditentukan: status tanah, persetujuan pembiayaan dari APBD oleh DPRD Jawa
Tengah, serta pemiilhan lahan tapak dan program ruang.
Kemudian pembangunan masjid tersebut dimulai pada hari
Jumat, 6 September 2002 yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang perdana
yang dilakukan Menteri Agama RI, Prof. Dr. H. Said Agil Husen al-Munawar, KH.
MA Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, H. Mardiyanto. Pemasangan tiang
pancang pertama tersebut juga dihadiri oleh tujuh duta besar dari negara-negara
sahabat, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Mesir, Palestina,
dan Abu Dhabi. Dengan demikian mata dan perhatian dunia internasional pun
mendukung dibangunnya Masjid Agung Jawa Tengah tersebut.
MAJT diresmikan pada tanggal 14 November 2006 oleh Presiden
RI Susilo Bambang Yudoyono. Masjid dengan luas areal tanah 10 Hektar dan luas
bangunan induk untuk salat 7.669 meter persegi secara keseluruhan pembangunan
Masjid ini menelan biaya sebesar Rp 198.692.340.000.
Meskipun baru diresmikan pada tanggal 14 November 2006,
namun masjid ini telah difungsikan untuk ibadah jauh sebelum tanggal tersebut.
Masjid megah ini telah digunakan ibadah Salat Jumat untuk pertama kalinya pada
tanggal 19 Maret 2004 dengan Khatib Drs. H. M. Chabib Thoha, MA, (Kakanwil
Depag Jawa Tengah)
Masjid Agung Jawa Tengah dirancang dalam gaya arsitektural
campuran Jawa, Islam dan Romawi. Diarsiteki oleh Ir. H. Ahmad Fanani dari PT.
Atelier Enam Jakarta yang memenangkan sayembara desain MAJT tahun 2001.
Bangunan utama masjid beratap limas khas bangunan Jawa namun dibagian ujungnya
dilengkapi dengan kubah besar berdiameter 20 meter ditambah lagi dengan 4
menara masing masing setinggi 62 meter ditiap penjuru atapnya sebagai bentuk
bangunan masjid universal Islam lengkap dengan satu menara terpisah dari
bangunan masjid setinggi 99 meter.
Gaya Romawi terlihat dari bangunan 25 pilar dipelataran
masjid. Pilar-pilar bergaya koloseum Athena di Romawi dihiasi kaligrafi
kaligrafi yang indah, menyimbolkan 25 Nabi dan Rosul, di gerbang ditulis dua
kalimat syahadat, pada bidang datar tertulis huruf Arab Melayu “Sucining Guno
Gapuraning Gusti“.
Masjid Agung Jawa Tengah ini, selain disiapkan sebagai
tempat ibadah, juga dipersiapkan sebagai objek wisata religius. Untuk menunjang
tujuan tersebut, Masjid Agung ini dilengkapi dengan wisma penginapan dengan
kapasitas 23 kamar berbagai kelas, sehingga para peziarah yang ingin bermalam
bisa memanfaatkan fasilitas.
Daya tarik lain dari masjid ini adalah Menara Al Husna atau
Al Husna Tower yang tingginya 99 meter. Bagian dasar dari menara ini terdapat
Studio Radio Dais (Dakwah Islam) dan pemancar TVKU. Sedangkan di lantai 2 dan
lantai 3 digunakan sebagai Museum Kebudayaan Islam, dan di lantai 18 terdapat
Kafe Muslim yang dapat berputar 360 derajat. Lantai 19 untuk menara pandang,
dilengkapi 5 teropong yang bisa melihat kota Semarang. Pada awal Ramadhan 1427
H lalu, teropong di masjid ini untuk pertama kalinya digunakan untuk melihat
Rukyatul Hilal oleh Tim Rukyah Jawa Tengah dengan menggunakan teropong canggih
dari Boscha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar